Menyibak Kabut | Mengungkap Keadaan | Membongkar Kebutaan
Prediksi bukanlah Ramalan
Sabtu, 14 Februari 2015
Kamis, 12 Februari 2015
Prediksi Perkembangan Batubara Dunia Versi Peserta Coaltrans Asia
12 Februari 2015
ESDM.go.id
NUSA DUA. Penyelenggaraan Coaltrans Asia ke-16 telah memasuki hari terakhir, namun peserta konferensi yang terdiri dari kalangan industri pertambangan, perbankan, akademisi dan jurnalis tampak masih antusias mengikuti jalannya dua sesi terakhir konferensi tingkat Asia ini. Sekitar 500 peserta masih mengikuti diskusi pada sesi 8 mengenai “Metallurgical Coal” dan sesi 9 yang membahas “Shipping and Logistic” di Audirotium Bali International Convention Centre (BICC), Nusa Dua, Bali, Rabu (2/6).
Yang menarik, pada akhir sesi ke-8, peserta yang hadir diajak untuk memprediksi perkembangan batubara dunia melalui polling yang dilakukan secara langsung. Menjawab pertanyaan mengenai kekhawatiran terbesar akan pertumbuhan ekonomi dunia yang akan berpengaruh pada industri batubara 2 tahun ke depan, 44% peserta mengkhawatirkan melambatnya pertumbuhan ekonomi China, krisis finansial dipilih oleh 32% peserta, sementara lainnya mengkhawatirkan pertumbuhan ekonomi Eropa (12%), inflasi karena stimulus fiskal/moneter yang berlebihan (8%) dan gangguan keamanan/terorisme (4%).
Pada pertanyaan selanjutnya mengenai harga kokas yang banyak diimpor dari China, 30% peserta menjawab bahwa supply-demand dalam negeri China dan kebutuhan impor menjadi faktor utama penentu harga kokas, 27% memilih tingkat produksi baja dunia yang paling berpengaruh, sementara lainnya menjawab terhentinya pasokan akibat masalah infrastruktur (18%), keseluruhan supply-demand dunia (18%) dan harga spot kokas (7%).
Selama ini, China merupakan pengkasil kokas utama dunia. Kokas adalah hasil karbonasi dari batubara atau sering disebut sebagai arang batubara. Proses pengarangan batubara (karbonasi) bertujuan untuk meningkatkan kualitas batubara. Kokas merupakan bahan bakar yang sangat penting pada peleburan logam karena dapat menghasilkan panas yang tinggi dan tahan lama.
Dengan tingginya pertumbuhan industri di China, 95% peserta bahkan memprediksi bahwa pada tahun 2015 nanti China tidak lagi menjadi pengekspor kokas, namun justru sebaliknya, China mulai mengimpor kokas dari negara lain, khususnya dari negara-negara di kawasan Asia. (KO)
NUSA DUA. Penyelenggaraan Coaltrans Asia ke-16 telah memasuki hari terakhir, namun peserta konferensi yang terdiri dari kalangan industri pertambangan, perbankan, akademisi dan jurnalis tampak masih antusias mengikuti jalannya dua sesi terakhir konferensi tingkat Asia ini. Sekitar 500 peserta masih mengikuti diskusi pada sesi 8 mengenai “Metallurgical Coal” dan sesi 9 yang membahas “Shipping and Logistic” di Audirotium Bali International Convention Centre (BICC), Nusa Dua, Bali, Rabu (2/6).
Yang menarik, pada akhir sesi ke-8, peserta yang hadir diajak untuk memprediksi perkembangan batubara dunia melalui polling yang dilakukan secara langsung. Menjawab pertanyaan mengenai kekhawatiran terbesar akan pertumbuhan ekonomi dunia yang akan berpengaruh pada industri batubara 2 tahun ke depan, 44% peserta mengkhawatirkan melambatnya pertumbuhan ekonomi China, krisis finansial dipilih oleh 32% peserta, sementara lainnya mengkhawatirkan pertumbuhan ekonomi Eropa (12%), inflasi karena stimulus fiskal/moneter yang berlebihan (8%) dan gangguan keamanan/terorisme (4%).
Pada pertanyaan selanjutnya mengenai harga kokas yang banyak diimpor dari China, 30% peserta menjawab bahwa supply-demand dalam negeri China dan kebutuhan impor menjadi faktor utama penentu harga kokas, 27% memilih tingkat produksi baja dunia yang paling berpengaruh, sementara lainnya menjawab terhentinya pasokan akibat masalah infrastruktur (18%), keseluruhan supply-demand dunia (18%) dan harga spot kokas (7%).
Selama ini, China merupakan pengkasil kokas utama dunia. Kokas adalah hasil karbonasi dari batubara atau sering disebut sebagai arang batubara. Proses pengarangan batubara (karbonasi) bertujuan untuk meningkatkan kualitas batubara. Kokas merupakan bahan bakar yang sangat penting pada peleburan logam karena dapat menghasilkan panas yang tinggi dan tahan lama.
Dengan tingginya pertumbuhan industri di China, 95% peserta bahkan memprediksi bahwa pada tahun 2015 nanti China tidak lagi menjadi pengekspor kokas, namun justru sebaliknya, China mulai mengimpor kokas dari negara lain, khususnya dari negara-negara di kawasan Asia. (KO)
Selasa, 10 Februari 2015
Minggu, 08 Februari 2015
Prediksi Harga Emas Antam di 2015
Tanggal 12 Januari 2015
Liputan6.com, Jakarta - Sepanjang 2015, harga emas diprediksi anjlok hingga menyentuh US$ 1.000 per troy ounce. Itu lantaran penguatan dolar yang diprediksi akan terus menjadi tekanan bagi logam mulia tersebut.
Bagaimana dengan pergerakan harga logam mulia yang PT Aneka Tambang Tbk (Antam) pada tahun ini?
Dihubungi Liputan6.com, Senin (12/1/2015), Head Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra memprediksi harga emas Antam tahun ini masih berada di kisaran Rp 500 ribu per gram seiring dengan adanya pelemahan rupiah dan harga emas dunia yang terus merosot.
Tahun ini, rata-rata harga emas di sekitar US$ 1.150 per troy ounce karena investor masih melihat adanya turunnya permintaan emas di negara konsumen terbesar yaitu China dan India.
Tak hanya itu, kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed akan membuat dolar AS kian perkasa. Kondisi ini membuat investor meninggalkan emas dan beralih ke pasar saham.
"Kalau emas Antam cenderung stabil di level Rp 500 ribu-an per gram pada tahun ini. Selain harga emas internasional, emas Antam juga dipengaruhi faktor kurs dan harga premium," katanya.
Prediksi BI: Harga Minyak US$ 65/Barel di 2015
Tanggal 15 Januari 2015
Jakarta -Bank Indonesia (BI) mengasumsikan harga minyak dunia rata-rata di tahun ini adalah US$ 65 per barel, lebih rendah dari asumsi pemerintah dalam Rancangan APBN Perubahan (RAPBN-P) 2015 sebesar US$ 70 per barel.
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengungkapkan, asumsi harga minyak dunia US$ 65 per barel akan menyumbang deflasi 0,24% sepanjang tahun ini.
"Asumsi kami harga minyak US$ 65 per barel sepanjang tahun ini. Kalau asumsinya segitu, bisa menyumbang deflasi 0,24%," kata Juda saat jumpa pers di Gedung BI, Thamrin, Jakarta, Kamis (15/1/2015).
Menurutnya, harga minyak dunia tidak akan terus merosot. Amerika Serikat (AS) sebagai salah satu penyuplai minyak jenis shale oil, tidak akan jor-joran melepas semua minyak yang dimilikinya. Ini justru akan membuat rugi.
"Pasokan dari AS akan berkurang, karena harga keekonomian shale US$ 60 per barel. Kalau harga terus turun ke US$ 40 misalnya, mereka akan rugi. Sehingga pasokan pasti akan berkurang, jadi harga akan naik lagi sekitar US$63-US$68," jelasnya.
Selain prediksi harga minyak dunia yang dinilai akan menyumbang deflasi, Juda menyebutkan, penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri juga ikut mendorong deflasi lebih tinggi.
"Kalau BBM Rp 6.400-Rp 6.500 per liter, deflasi akan lebih besar, Januari ini akan deflasi," pungkasnya.
(drk/dnl)
Sumber : Detik.com
Jakarta -Bank Indonesia (BI) mengasumsikan harga minyak dunia rata-rata di tahun ini adalah US$ 65 per barel, lebih rendah dari asumsi pemerintah dalam Rancangan APBN Perubahan (RAPBN-P) 2015 sebesar US$ 70 per barel.
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengungkapkan, asumsi harga minyak dunia US$ 65 per barel akan menyumbang deflasi 0,24% sepanjang tahun ini.
"Asumsi kami harga minyak US$ 65 per barel sepanjang tahun ini. Kalau asumsinya segitu, bisa menyumbang deflasi 0,24%," kata Juda saat jumpa pers di Gedung BI, Thamrin, Jakarta, Kamis (15/1/2015).
Menurutnya, harga minyak dunia tidak akan terus merosot. Amerika Serikat (AS) sebagai salah satu penyuplai minyak jenis shale oil, tidak akan jor-joran melepas semua minyak yang dimilikinya. Ini justru akan membuat rugi.
"Pasokan dari AS akan berkurang, karena harga keekonomian shale US$ 60 per barel. Kalau harga terus turun ke US$ 40 misalnya, mereka akan rugi. Sehingga pasokan pasti akan berkurang, jadi harga akan naik lagi sekitar US$63-US$68," jelasnya.
Selain prediksi harga minyak dunia yang dinilai akan menyumbang deflasi, Juda menyebutkan, penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri juga ikut mendorong deflasi lebih tinggi.
"Kalau BBM Rp 6.400-Rp 6.500 per liter, deflasi akan lebih besar, Januari ini akan deflasi," pungkasnya.
Sumber : Detik.com
Jumat, 06 Februari 2015
INDEX HARGA SAHAM
Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal, khususnya saham.
Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham, yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik.
Indeks-indeks tersebut adalah:
- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Menggunakan semua Perusahaan Tercatat sebagai komponen perhitungan Indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu atau beberapa Perusahaan Tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham Perusahaan Tercatat tersebut yang dimiliki oleh publik (free float) relatif kecil sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham Perusahaan Tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG.IHSG adalah milik Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia tidak bertanggung jawab atas produk yang diterbitkan oleh pengguna yang mempergunakan IHSG sebagai acuan (benchmark). Bursa Efek Indonesia juga tidak bertanggung jawab dalam bentuk apapun atas keputusan investasi yang dilakukan oleh siapapun Pihak yang menggunakan IHSG sebagai acuan (benchmark). - Indeks Sektoral
Menggunakan semua Perusahaan Tercatat yang termasuk dalam masing-masing sektor. Sekarang ini ada 10 sektor yang ada di BEI yaitu sektor Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, Barang Konsumsi, Properti, Infrastruktur, Keuangan, Perdangangan dan Jasa, dan Manufatur.
- Indeks LQ45Indeks yang terdiri dari 45 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan.
Unduh Metodologi Perhitungan Indeks LQ45
- Jakarta Islmic Index (JII)Indeks yang menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK) dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas.
- Indeks Kompas100Indeks yang terdiri dari 100 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan.
- Indeks BISNIS-27Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan harian Bisnis Indonesia meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks BISNIS-27. Indeks yang terdiri dari 27 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan kriteria fundamental, teknikal atau likuiditas transaksi dan Akuntabilitas dan tata kelola perusahaan.
- Indeks PEFINDO25Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks PEFINDO25. Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi bagi pemodal khususnya untuk saham-saham emiten kecil dan menengah (Small Medium Enterprises / SME). Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria seperti: Total Aset, tingkat pengembalian modal (Return on Equity / ROE) dan opini akuntan publik. Selain kriteria tersebut di atas, diperhatikan juga faktor likuiditas dan jumlah saham yang dimiliki publik.
- Indeks SRI-KEHATIIndeks ini dibentuk atas kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). SRI adalah kependekan dari Sustainable Responsible Investment. Indeks ini diharapkan memberi tambahan informasi kepada investor yang ingin berinvestasi pada emiten-emiten yang memiliki kinerja sangat baik dalam mendorong usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan dan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik.
Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteri-kriteria seperti: Total Aset, Price Earning Ratio(PER) dan Free Float.
- Indeks Papan UtamaMenggunakan saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan Utama.
- Indeks Papan PengembanganMengguanakn saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan Pengembangan.
- Indeks IndividualIndeks harga saham masing-masing Perusahaan Tercatat.
B. INDEK OBLIGASI NEGARA (INDONESIA GOVERNMENT BOND INDEX - IGBX)
Indeks Obligasi Negara pertama kali diluncurkan pada tanggal 01 Juli 2004 dengan nama Indonesia Government Bond Index disingkat IGBX, sebagai wujud pelayanan kepada masyarakat pasar modal dalam memperoleh data sehubungan dengan informasi perdagangan obligasi negara.
Indeks Obligasi memberikan nilai lebih, antara lain:
- Sebagai barometer dalam melihat perubahan yang terjadi di pasar obligasi
- Sebagai alat analisa teknikal untuk pasar obligasi pemerintah
- Benchmark dalam mengukur kinerja portofolio obligasi
- Analisa pengembangan instrumen Surat Berharga Negara (SBN).
Indeks obligasi Negara diterbitkan secara harian dengan menggunakantahun dasar Juni 2004 yang ditetapkan 100 sebagai nilai dasar Index. dengan melakukan pengelompokan obligasi sebagai berikut :
- Obligasi Negara dengan mata uang rupiah dan memiliki kupon berbunga tetap
- Sisa jangka waktu jatuh tempo sekurang-kurangnya 1 tahun
Metodologi yang dipakai dalam IGBX
Indeks Obligasi Negara adalah nilai rata-rata tertimbang (weigthed average) terhadap nilai obligasi yang masih tercatat dan dapat diperdagangkan. Perhitungan IGBX menggunakan metode perhitungan Bond Index yang lazim digunakan dengan berdasarkan perubahan harga pasar yang terjadi di pasar secara harian (dalam hal ini adalah data harga transaksi Obligasi Negara yang dilaporkan melalui PT Bursa Efek Indonesia selaku Penerima Laporan Transaksi Efek).
IGBX dikelompokkan dalam beberapa sub-grup, di mana masing-masing sub grup terdiri atas beberapa Obligasi Negara yang memiliki struktur jatuh termpo lebih dari 1 tahun. Pengelompokan dilakukan berdasarkan uji statistik berdasarkan pada tingkat kemiripan setiap Time To Maturity (TTM).
Pembagian struktur jatuh tempo SUN adalah sebagai berikut:
- Sub-grup 1 : 1 Tahun ≤ Time to maturity < 5 Tahun
- Sub-grup 2 : 5 Tahun ≤ Time to maturity < 7 Tahun
- Sub-grup 3 : 7 Tahun ≤ Time to maturity
Informasi IGBX
Clean Price Index (CPI)
Merupakan hasil perhitungan perkembangan harga pasar atas suatu kelompok Obligasi Negara, berdasarkan jatuh temponya. Harga pasar yang digunakan adalah harga Obligasi Negara yang terjadi dan dilaporkan melalui PT Bursa Efek Indonesia selaku Penerima Laporan Transaksi Efek yang disesuaikan terlebih dahulu menjadi clean price. CPI memberikan gambaran perkembangan harga pada saat tertentu (t), dibandingkan dengan pada saat penyusunan Indeks Obligasi Negara (base date).
Yield
Yang dimaksudkan adalah yield to maturity dari masing-masing obligasi. Yield Index, atau disebut juga Bondway (Bond Weigthed Average Yield), merupakan angka yang diperoleh dari weighted average yield terhadap nilai nominal dari obligasi tercatat dan dapat diperdagangkan. Angka index ini, dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur keberhasilan perolehan yield suatu portofolio.
Total Return Index (TRI).
Hampir semua bursa menggunakan Total Return Index (TRI) sebagai informasi yang wajib disampaikan. TRI dihitung berdasarkan kenaikan index harga dari previous price-nya. Harga yang digunakan untuk perhitungan TRI adalah gross price (clean price ditambah accrued interest). Untuk perhitungan seluruh index tersebut, tanggal dasar penyusunan index yang digunakan adalah 18 Juni 2004.
referensi : www.idx.co.id
Ekonom Prediksi Rupiah terus melemah hingga 2015
tanggal 11 Desember 2014
Jakarta, Aktual.co — Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan memprediksi nilai tukar rupiah akan melemah pada kisaran rata-rata Rp12.500 per dolar AS, hingga pertengahan 2015. Hal ini terjadi akibat membaiknya perekonomian Amerika Serikat (AS).
"Dalam 12-18 bulan, kurs dolar akan tetap menguat di pasar valas global, karena membaiknya perekonomian Amerika Serikat menyebabkan kenaikan suku bunga The Fed," katanya dalam pemaparan di Jakarta, Kamis (11/12).
Fauzi mengatakan nilai tukar rupiah akan mulai stabil pada semester II-2015, setelah penyesuaian harga BBM bersubsidi memberikan dampak pada impor migas serta adanya prospek kenaikan BI Rate hingga 8,25 persen.
"Rupiah akan stabil nantinya pada Rp11.900 per dolar AS, tapi sebelum itu terjadi, di semester satu, kurs rupiah melemah terlebih dahulu dalam jangka pendek yaitu sebesar Rp12.500 per dolar AS," ujar Managing Director Standard Chartered Bank untuk Indonesia ini.
Fauzi menambahkan membaiknya perekonomian AS dan potensi kenaikan suku bunga The Fed pada semester II-2015 ikut membuat negara berkembang mengantisipasi dengan menyesuaikan suku bunga acuan, sehingga likuiditas perbankan menjadi ketat.
"Kita bisa bayangkan nanti likuiditas perbankan semakin ketat, karena suku bunga naik agar mata uang tetap kompetitif. Indonesia meskipun memiliki stimulus fiskal, tapi akan terkena dampak dari kenaikan BI Rate," katanya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan tidak akan mengubah asumsi makro nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam menyusun RAPBN-Perubahan 2015, yaitu sebesar Rp11.900 per dolar AS.
Kebijakan itu dilakukan dengan menimbang kondisi perekonomian di AS yang saat ini sedang mengalami pemulihan, sehingga The Fed (Bank Sentral AS) diperkirakan segera menaikkan suku bunga acuan dari 0,25 persen menjadi 0,75 persen. (Ant)
Sumber Link Berita : Kontan
"Dalam 12-18 bulan, kurs dolar akan tetap menguat di pasar valas global, karena membaiknya perekonomian Amerika Serikat menyebabkan kenaikan suku bunga The Fed," katanya dalam pemaparan di Jakarta, Kamis (11/12).
Jakarta, Aktual.co — Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan memprediksi nilai tukar rupiah akan melemah pada kisaran rata-rata Rp12.500 per dolar AS, hingga pertengahan 2015. Hal ini terjadi akibat membaiknya perekonomian Amerika Serikat (AS).
"Dalam 12-18 bulan, kurs dolar akan tetap menguat di pasar valas global, karena membaiknya perekonomian Amerika Serikat menyebabkan kenaikan suku bunga The Fed," katanya dalam pemaparan di Jakarta, Kamis (11/12).
Fauzi mengatakan nilai tukar rupiah akan mulai stabil pada semester II-2015, setelah penyesuaian harga BBM bersubsidi memberikan dampak pada impor migas serta adanya prospek kenaikan BI Rate hingga 8,25 persen.
"Rupiah akan stabil nantinya pada Rp11.900 per dolar AS, tapi sebelum itu terjadi, di semester satu, kurs rupiah melemah terlebih dahulu dalam jangka pendek yaitu sebesar Rp12.500 per dolar AS," ujar Managing Director Standard Chartered Bank untuk Indonesia ini.
Fauzi menambahkan membaiknya perekonomian AS dan potensi kenaikan suku bunga The Fed pada semester II-2015 ikut membuat negara berkembang mengantisipasi dengan menyesuaikan suku bunga acuan, sehingga likuiditas perbankan menjadi ketat.
"Kita bisa bayangkan nanti likuiditas perbankan semakin ketat, karena suku bunga naik agar mata uang tetap kompetitif. Indonesia meskipun memiliki stimulus fiskal, tapi akan terkena dampak dari kenaikan BI Rate," katanya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan tidak akan mengubah asumsi makro nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam menyusun RAPBN-Perubahan 2015, yaitu sebesar Rp11.900 per dolar AS.
Kebijakan itu dilakukan dengan menimbang kondisi perekonomian di AS yang saat ini sedang mengalami pemulihan, sehingga The Fed (Bank Sentral AS) diperkirakan segera menaikkan suku bunga acuan dari 0,25 persen menjadi 0,75 persen. (Ant)
Ismed Eka Kusuma -
Sumber Link Berita : Kontan
Harga Bahan Pangan
Harga Bahan Pangan dan Sayuran dapat dilihat ke web
Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok Jawa Timur (clik disini)
Layanan Informasi Harga dan Statistik Komoditi (click disini)
Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok Jawa Timur (clik disini)
Layanan Informasi Harga dan Statistik Komoditi (click disini)
Langganan:
Komentar (Atom)

